Sabtu, 16 April 2011

MANAJEMEN KEBIDANAN

MANAJEMEN KEBIDANAN

A.    KONSEP DASAR MANAJEMEN
Akar atau dasar dari manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara utuh. dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika menjadi bawahan dalam  suatu sistem organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi majer yang baik dalam rangka pemecahan masalah dari klien tersebut.

1.         Pengertian Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah seni melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang
(Mary Parker Follet). Manajemen sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumberdaya yang ada sehingga penghasilan maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan sebagai “tatalaksana”.
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang dilibatkan bingbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (George R. Terry dan Leslie W. Rue).
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaanya adalah “managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanaan disebut manajer atau pengelola. Seorang manajer adalah orang yang melaksanakan fungsi manajem dan bekerja dengan dan melalui orang lain, dia bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain, menyeimbangkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan prioritas, maupun berpikir secara analis dan konseptual, menjadi penengah, polotisi, diplomat dan mampu mengambil keputusan yang sulit. Inti dari manajemen adalah kepeminpinan, seorang manajer yang baik adalah yang memiliki jiwa kepeminpinan.

2.         Teori-Teori Manajemen
a.       Teori manajemen ilmiah (Scientific Managemen Theory)
Teori ini mengatakan bahwa pada tingkat bawah sangat penting, karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan menentukan berhasil tiadaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan Frederick W.

b.      Teori administratif (administratif theory)
Teori ini menganggap yang penting adalah organisasi pada tingkat teratas karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika para manajer dapat menggerakan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.

c.       Teori motivasional (montivasitional theory)
Teori ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah sesoorang yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan staf tersebut.

d.      Teori situasional (situational theory)
Teori ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan motivasi pada sesoorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan:
1.      Pencapaian tujuan yang diharapkan
2.      Kepuasan pribadi
3.      Reward.


3.         Fungsi-Fungsi Manajemen
Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam pekerjaannya harus melaksankan pekerjaannya tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari:
a.        Planning (perencanaan)
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama satu masa yang akan datangdan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.

b.      Organizing
Yaitu mengelompokan dan menentukan kegiatan penting dan memberikan       kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

c.       Staffing
Yaitu menentukan-menentukan sumberdaya manusia, pengerahan, penyarin gan, latihan pengembangan tenaga kerja.

d.      Motivating
Yaitu mengarahkan atau menyalurkan prilaku-prilaku manusia ke arah tujuan-tujuan.

e.       Controlling (pengawasan)
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan koretif yang diperluakn.

Secara umum istilah-istilah manajemen yaitu:
¯  Manusia, yaitu tenaga kerja (manusia)
¯  Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
¯  Methods, yaitu cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
¯  Material, yang bahan-bahan yang diperlukqan untuk mencapai tujuan
¯  Machines, yaitu peralat yang digunakan untuk mencapai tujuan
¯  Market, yaitu pasar yang menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.

4.      Manajemen Skill
Menurut La Monics terdapat 3 kategori yang harus dimiliki oleh manajer yaitu:
a.      Tehnical skill
Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metoda, teknik, peralatan untuk melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan, di dapatkan melalui pengalaman, pendidikan dan latiahan.

b.      Human skill
Kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staff, yang meliputi pengertian dan motivasi yang di berikan dan dengan melaksanakan kepeminpinan yang efektif.

c.       Conceptual skill
1)      Mempunyai kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
2)      Melaksanakan peran dan bertanggung jawab dengan baik
3)      Menggunakan pengetahuan untuk menata organisasi
4)      Melakukan kontak mata dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif.

B.     MANAJEMEN KEBIDANAN
1.         Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dan memberikan arah/kerangka dalam mengenai kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian manajemen menurut beberapa sumber:
a.       Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.



b.      Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakuakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

c.       Menurut Helen Varney (1997)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasiakan pikiran dan tindakan  berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis dalam pengambilan keputusan berfokus kepada klien.
Menurut Hellen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 loangakah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuahn yang mandiri, kolaborasi dan melakukan rujuakan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan perinatal dan merujuk kasus.
Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari fokus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisifasi tuntutan kebutuahan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi senjak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuahan pre dan post menopouse, sehingga hal ini merupakan suatu tangtangan bagi bidan.
Asuahan yang diberikan oleh bidan harus dicatat secara singkat, benar, jelas, logis dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik bagi pemberi asuahan maupun penerima asuhan pelayanan asuahn kebidanan dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Secara definitif, asuahan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan karena individu ibu  atau anak. Asuahan kebidana merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan  digunakan metode dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dihadapi oleh klien, dan kemudian merumuskan permaslahan tersebut akhirnya mengambil langakn pemecahannaya. manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakan asuahan dan pelayanan kebidanan.

2.         Prinsip Manajemen Kebidanan
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife (ACNM)  terdiri dari:
a.       Secara sistematis mengumpulkan data dan mempengaruhi data yang lengkap dan relevan dengan melakuakan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b.      Mengidentifikasi  masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar
c.       Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuahan kesehatan dalam menyelesaiakan masalah dan merumuskan tujuan asuahan kesehatan bersama klien.
d.      Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
e.       Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
f.       Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual
g.      Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan klien selanjutnya
h.      Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal
i.        Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3.         Sarana Manajemen Kebidanan
Manajemen tidak hanya di implementasikan pada asuhan kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan yang ditunjukan kepada keluarga dan masyarakat.
Individu sebagai sasaran dalam asuhan kebidanan disebut klien. Yang dimaksud klien disini adalah setiap individu yang dilayani oleh bidan baik itu sakit maupun tidak.
Di dalam pelaksanaan manajemen kebidanan, bidang memandang keluarga atau kelompok masyarakat sebagai kumpulan individu-individu yang berada di dalam suatu ikatan social dimana ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan penningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggungjawabanya.

4.         Proses Manajemen Kebidanan
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.

Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
a.       Identifikasi dan analisis masalah
Proses manajemen kebidanan di mulai dengan langkah identifikasi dan analisis maslah. Di dalam langkah pertama ini bidan tenaga profesional tidak di benarkan unutk menduga-duga masalah ynag terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan yang di lakukan oleh bidan sendiri.
Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengelola, analisis data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses berpikir yang ditampilakn oleh bidan dalam tindakan tidak akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ di derita pasien atau kilen.

b.      Diagnosa kebidanan
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanyanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosa. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakan oleh bidan yang disebut diagnose kebidanan. Dalam mentukan diagnosa kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan.
Penegakan diagnosa kebidanan dijadiakn dasar tindakan dalam upaya menaggulani ancaman keselamatan hidup pasien. Masalah potensial dalam kaitan dengan diagnosa kebidanan dalam masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup pasien. Oleh karena itu masalah potensial harus diantisipasi, dicegah dan diawai secara persiapan tindakan untuk mengatasinya.

c.       Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang ditegakan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang dilakukan  oleh bidan dalam melakuakn intervensi untuk mencegah masalah pasien serta rencana evaluasi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut:
1)      Mentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai
2)      Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujuakan.
3)      Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.

d.      Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dilakuakan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakuakan secara mandiri, pada penangan kasus yang didalamnya memerlukan tindakan diluar kewenangan bidan, perlu dilakukan kolaborasi atau rujuakan. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu singkat, efektif, hemat dan berkualitas. Selam pelaksaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien.

e.       Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang di lakukan.
Pada tahun 1997, Helen Verney mnyempurnakan proses 5 langkah tersebut menjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi semua langkah tersebut bisa dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.


Langkah-langkah:
I.            Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
II.            Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III.            Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
IV.            Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
V.            Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI.            Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII.            Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

Langkah-langkah diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan, bidan perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Bidan harus mengkaji ulang data yang sudah dikumpulkan untuk menilai ketepatan, kelengkapan dan keakuratan.


Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa, sebagai contoh:
·         Diagnosis: kemungkinan wanita hamil; masalah: wanita tidak menginginkan kehamilannya.
·         Diagnosis: wanita hamil trimester 3; masalah: wanita merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosis tetapi akan menciptakan masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan rencana untuk mengurangi rasa takut.
Diagnosisi kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan:
1.      Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2.      Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3.      Memiliki ciri khas kebidanan
4.      Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan
5.      Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan.

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siapmencegah diagnosa dan masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Contoh:
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan (misalnya polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya dan bersiap terhadap kemungkinan terjadi perdarahan pascapartum yang disebabkan atonia uteri karena perbesaran uterus yang berlebihan. Pada persalinan bayi besar bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan bersiap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga perlunya resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kemih yang menyebabkan kemungkinan terjadinya partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan anamnesis dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboraturium dan segera memberi pengobatan jika terjadi infeksi saluran kemih.
Pada langkah ke-3 bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Bidan harus mengkaji ulang apakah diagnosa atau maslah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah IV : Menetapkap Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan tau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada saat wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juaga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau ahli seorang perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakuakan untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri secara kolaborasi atau rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap maslah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan.setiap rencana asuhan haruslah disetujui olehkedua pihak.yaitu oleh bidan dan klien agar dapat di laksanakan dengan efektif karena kline juga akan melaksankan rencana tersebut.oleh karena itu, pada rangka ini adalah tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya.
Semua keputusan yang di kembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan oleh klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa silakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak boleh melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langlah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemn asuhan yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melelui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung didalam situasi klinik dan dua lagkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

0 Comments:

Post a Comment



Sabtu, 16 April 2011

MANAJEMEN KEBIDANAN

Diposting oleh Meysha Puteri Sajidien di 23.27
MANAJEMEN KEBIDANAN

A.    KONSEP DASAR MANAJEMEN
Akar atau dasar dari manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara utuh. dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika menjadi bawahan dalam  suatu sistem organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi majer yang baik dalam rangka pemecahan masalah dari klien tersebut.

1.         Pengertian Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah seni melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang
(Mary Parker Follet). Manajemen sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumberdaya yang ada sehingga penghasilan maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan sebagai “tatalaksana”.
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang dilibatkan bingbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (George R. Terry dan Leslie W. Rue).
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaanya adalah “managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanaan disebut manajer atau pengelola. Seorang manajer adalah orang yang melaksanakan fungsi manajem dan bekerja dengan dan melalui orang lain, dia bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain, menyeimbangkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan prioritas, maupun berpikir secara analis dan konseptual, menjadi penengah, polotisi, diplomat dan mampu mengambil keputusan yang sulit. Inti dari manajemen adalah kepeminpinan, seorang manajer yang baik adalah yang memiliki jiwa kepeminpinan.

2.         Teori-Teori Manajemen
a.       Teori manajemen ilmiah (Scientific Managemen Theory)
Teori ini mengatakan bahwa pada tingkat bawah sangat penting, karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan menentukan berhasil tiadaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan Frederick W.

b.      Teori administratif (administratif theory)
Teori ini menganggap yang penting adalah organisasi pada tingkat teratas karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika para manajer dapat menggerakan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.

c.       Teori motivasional (montivasitional theory)
Teori ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah sesoorang yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan staf tersebut.

d.      Teori situasional (situational theory)
Teori ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan motivasi pada sesoorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan:
1.      Pencapaian tujuan yang diharapkan
2.      Kepuasan pribadi
3.      Reward.


3.         Fungsi-Fungsi Manajemen
Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam pekerjaannya harus melaksankan pekerjaannya tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari:
a.        Planning (perencanaan)
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama satu masa yang akan datangdan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.

b.      Organizing
Yaitu mengelompokan dan menentukan kegiatan penting dan memberikan       kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

c.       Staffing
Yaitu menentukan-menentukan sumberdaya manusia, pengerahan, penyarin gan, latihan pengembangan tenaga kerja.

d.      Motivating
Yaitu mengarahkan atau menyalurkan prilaku-prilaku manusia ke arah tujuan-tujuan.

e.       Controlling (pengawasan)
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan koretif yang diperluakn.

Secara umum istilah-istilah manajemen yaitu:
¯  Manusia, yaitu tenaga kerja (manusia)
¯  Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
¯  Methods, yaitu cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
¯  Material, yang bahan-bahan yang diperlukqan untuk mencapai tujuan
¯  Machines, yaitu peralat yang digunakan untuk mencapai tujuan
¯  Market, yaitu pasar yang menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.

4.      Manajemen Skill
Menurut La Monics terdapat 3 kategori yang harus dimiliki oleh manajer yaitu:
a.      Tehnical skill
Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metoda, teknik, peralatan untuk melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan, di dapatkan melalui pengalaman, pendidikan dan latiahan.

b.      Human skill
Kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staff, yang meliputi pengertian dan motivasi yang di berikan dan dengan melaksanakan kepeminpinan yang efektif.

c.       Conceptual skill
1)      Mempunyai kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
2)      Melaksanakan peran dan bertanggung jawab dengan baik
3)      Menggunakan pengetahuan untuk menata organisasi
4)      Melakukan kontak mata dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif.

B.     MANAJEMEN KEBIDANAN
1.         Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dan memberikan arah/kerangka dalam mengenai kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian manajemen menurut beberapa sumber:
a.       Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.



b.      Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakuakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

c.       Menurut Helen Varney (1997)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasiakan pikiran dan tindakan  berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis dalam pengambilan keputusan berfokus kepada klien.
Menurut Hellen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 loangakah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuahn yang mandiri, kolaborasi dan melakukan rujuakan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan perinatal dan merujuk kasus.
Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari fokus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisifasi tuntutan kebutuahan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi senjak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuahan pre dan post menopouse, sehingga hal ini merupakan suatu tangtangan bagi bidan.
Asuahan yang diberikan oleh bidan harus dicatat secara singkat, benar, jelas, logis dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik bagi pemberi asuahan maupun penerima asuhan pelayanan asuahn kebidanan dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Secara definitif, asuahan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan karena individu ibu  atau anak. Asuahan kebidana merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan  digunakan metode dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dihadapi oleh klien, dan kemudian merumuskan permaslahan tersebut akhirnya mengambil langakn pemecahannaya. manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakan asuahan dan pelayanan kebidanan.

2.         Prinsip Manajemen Kebidanan
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife (ACNM)  terdiri dari:
a.       Secara sistematis mengumpulkan data dan mempengaruhi data yang lengkap dan relevan dengan melakuakan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b.      Mengidentifikasi  masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar
c.       Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuahan kesehatan dalam menyelesaiakan masalah dan merumuskan tujuan asuahan kesehatan bersama klien.
d.      Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
e.       Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
f.       Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual
g.      Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan klien selanjutnya
h.      Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal
i.        Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3.         Sarana Manajemen Kebidanan
Manajemen tidak hanya di implementasikan pada asuhan kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan yang ditunjukan kepada keluarga dan masyarakat.
Individu sebagai sasaran dalam asuhan kebidanan disebut klien. Yang dimaksud klien disini adalah setiap individu yang dilayani oleh bidan baik itu sakit maupun tidak.
Di dalam pelaksanaan manajemen kebidanan, bidang memandang keluarga atau kelompok masyarakat sebagai kumpulan individu-individu yang berada di dalam suatu ikatan social dimana ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan penningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggungjawabanya.

4.         Proses Manajemen Kebidanan
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.

Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
a.       Identifikasi dan analisis masalah
Proses manajemen kebidanan di mulai dengan langkah identifikasi dan analisis maslah. Di dalam langkah pertama ini bidan tenaga profesional tidak di benarkan unutk menduga-duga masalah ynag terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan yang di lakukan oleh bidan sendiri.
Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengelola, analisis data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses berpikir yang ditampilakn oleh bidan dalam tindakan tidak akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ di derita pasien atau kilen.

b.      Diagnosa kebidanan
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanyanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosa. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakan oleh bidan yang disebut diagnose kebidanan. Dalam mentukan diagnosa kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan.
Penegakan diagnosa kebidanan dijadiakn dasar tindakan dalam upaya menaggulani ancaman keselamatan hidup pasien. Masalah potensial dalam kaitan dengan diagnosa kebidanan dalam masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup pasien. Oleh karena itu masalah potensial harus diantisipasi, dicegah dan diawai secara persiapan tindakan untuk mengatasinya.

c.       Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang ditegakan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang dilakukan  oleh bidan dalam melakuakn intervensi untuk mencegah masalah pasien serta rencana evaluasi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut:
1)      Mentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai
2)      Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujuakan.
3)      Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.

d.      Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dilakuakan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakuakan secara mandiri, pada penangan kasus yang didalamnya memerlukan tindakan diluar kewenangan bidan, perlu dilakukan kolaborasi atau rujuakan. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu singkat, efektif, hemat dan berkualitas. Selam pelaksaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien.

e.       Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang di lakukan.
Pada tahun 1997, Helen Verney mnyempurnakan proses 5 langkah tersebut menjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi semua langkah tersebut bisa dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.


Langkah-langkah:
I.            Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
II.            Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
III.            Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
IV.            Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
V.            Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI.            Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII.            Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

Langkah-langkah diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan, bidan perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Bidan harus mengkaji ulang data yang sudah dikumpulkan untuk menilai ketepatan, kelengkapan dan keakuratan.


Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa, sebagai contoh:
·         Diagnosis: kemungkinan wanita hamil; masalah: wanita tidak menginginkan kehamilannya.
·         Diagnosis: wanita hamil trimester 3; masalah: wanita merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosis tetapi akan menciptakan masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan rencana untuk mengurangi rasa takut.
Diagnosisi kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan:
1.      Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2.      Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3.      Memiliki ciri khas kebidanan
4.      Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan
5.      Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan.

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siapmencegah diagnosa dan masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Contoh:
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan (misalnya polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya dan bersiap terhadap kemungkinan terjadi perdarahan pascapartum yang disebabkan atonia uteri karena perbesaran uterus yang berlebihan. Pada persalinan bayi besar bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan bersiap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga perlunya resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kemih yang menyebabkan kemungkinan terjadinya partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan anamnesis dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboraturium dan segera memberi pengobatan jika terjadi infeksi saluran kemih.
Pada langkah ke-3 bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Bidan harus mengkaji ulang apakah diagnosa atau maslah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah IV : Menetapkap Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan tau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada saat wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juaga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau ahli seorang perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakuakan untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri secara kolaborasi atau rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap maslah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan.setiap rencana asuhan haruslah disetujui olehkedua pihak.yaitu oleh bidan dan klien agar dapat di laksanakan dengan efektif karena kline juga akan melaksankan rencana tersebut.oleh karena itu, pada rangka ini adalah tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya.
Semua keputusan yang di kembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan oleh klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa silakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak boleh melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langlah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemn asuhan yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melelui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung didalam situasi klinik dan dua lagkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

0 komentar on "MANAJEMEN KEBIDANAN"

Posting Komentar