Rabu, 26 Oktober 2011

Infertilitas

DEFENISI
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Jadi fertilitas ialah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri maupun berlainan pasangan.
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan ungtuk menghasilkan kehamilan menunjukan bahwa 32,7 % hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0 % dalam 3 bulan, 72, 1 % dalam 6 bulan, 85,4 % dalam 12 bulan, dan 93,4 % dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertlitas kalau pasangan ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
Ada 2 jenis infertilitas:
·         Infertilitas primer: bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
·         Infertilitas sekunder: bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi.

Beberapa keadaan, misalnya azoospermia, endometriosis, dan penyumbatan tuba, lebih sering terjadi pada wanita, dengan infertilitas primer, tetapi sebenarnya semua keadaaan itu dapat terjadi pada keduanya, pembedaan keduanya tak banyak memberikan keuntungan klinik.
Konsepsi membutuhkan penjajaran gamet pria dan wanita pada stadium pematangannya yang optimal, diikuti dengan pemindahan konseptus ke rongga rahim pada saat endometrium dapat memberikan sokongan terhadap kelanjutan perkembangannya dan implantasi. Agar peristiwa ini terjadi, sistem reproduksi pria dan wanita secara anatomi dan fisiologi harus utuh, dan koitus harus cukup sering dilakukan agar air mani dapat di endapkan dalam selang waktu yang dekat dengan pelepasan oosit dari folikel. Sekalipun pembuahan terjadi, lebih dari 70 % embrio yang dihasilkannya bersifat abnormal dan tidak berkembang atau tidak dapat hidup sesaat setelah implantasi. Karena itu, tidaklah mengherankan bila 10-15 % pasangan mengalami infertilitas.
Mengingat saat kompleksnya proses reproduksi sungguh mengherankan bahwa 80 % pasangan mencapai konsepsi dalam waktu 1 tahun. Lebih tepatnya, 25 % mengalami konsepsi dalam bulan pertama, 60 % dalam 6 bulan, 75 % pada 9 bulan dan 90 % pada 18 bulan. Laju konsepsi bulanan yang terus menurun yang diperlihatkan oleh angka-angka ini kemungkinan besar mencerminkan tentang spektrum fertilitas dari pasangan yang sangat subur hingga pasangan infertilitas relatif. Setelah 18 bulan berhubungan seksual tanpa kontrasepsi, pasngan yang tersisa mempunyai laju konsepsi bulanan yang sangat rendah bila tanpa terapi dan banyak diantaranya mungkin mempunyai cacat mutlak yang mencegah infertilitas.

ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain:
a.    Pada wanita
·         Gangguan organ reproduksi
1)     Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2)     Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim.
3)     Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4)    Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

·         Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.

·         Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
·         Endometriosis
·         Abrasi genetis
·         Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
·         Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

b.    Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
·         Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas;
·         Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
·         Abnormalitas ereksi
·         Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
·         Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
·         Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
·         Abrasi genetik


Adapun faktor-faktor infertilitas yang sering ditemukan diantaranya:
Faktor
Insidensi (%)
Pemeriksaan Dasar
Koitus-pria
40
Analisis air mani, uji pasca koitus
Ovulasi
15-20
Suhu basal badan, progesteron serum, biopsi endometrium*
Serviks
5-10
Uji pasca senggama
Tuba-Rahim
30
Histerosalpingogram, laparoskopi
Peritoneum
40
Laparoskopi
* periksaan ketika haid teratur (setiap 22-35 hari): oligoamenorrhea membutuhkan pengujian tambahan.

0 Comments:

Post a Comment



Rabu, 26 Oktober 2011

Infertilitas

Diposting oleh Meysha Puteri Sajidien di 17.52
DEFENISI
Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Jadi fertilitas ialah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Sebelum dan sesudahnya tidak seorangpun tahu, apakah pasangan itu fertil atau tidak. Riwayat fertilitas sebelumnya sama sekali tidak menjamin fertilitas dikemudian hari, baik pada pasangan itu sendiri maupun berlainan pasangan.
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Penyelidikan lamanya waktu yang diperlukan ungtuk menghasilkan kehamilan menunjukan bahwa 32,7 % hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0 % dalam 3 bulan, 72, 1 % dalam 6 bulan, 85,4 % dalam 12 bulan, dan 93,4 % dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertlitas kalau pasangan ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.
Ada 2 jenis infertilitas:
·         Infertilitas primer: bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
·         Infertilitas sekunder: bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi.

Beberapa keadaan, misalnya azoospermia, endometriosis, dan penyumbatan tuba, lebih sering terjadi pada wanita, dengan infertilitas primer, tetapi sebenarnya semua keadaaan itu dapat terjadi pada keduanya, pembedaan keduanya tak banyak memberikan keuntungan klinik.
Konsepsi membutuhkan penjajaran gamet pria dan wanita pada stadium pematangannya yang optimal, diikuti dengan pemindahan konseptus ke rongga rahim pada saat endometrium dapat memberikan sokongan terhadap kelanjutan perkembangannya dan implantasi. Agar peristiwa ini terjadi, sistem reproduksi pria dan wanita secara anatomi dan fisiologi harus utuh, dan koitus harus cukup sering dilakukan agar air mani dapat di endapkan dalam selang waktu yang dekat dengan pelepasan oosit dari folikel. Sekalipun pembuahan terjadi, lebih dari 70 % embrio yang dihasilkannya bersifat abnormal dan tidak berkembang atau tidak dapat hidup sesaat setelah implantasi. Karena itu, tidaklah mengherankan bila 10-15 % pasangan mengalami infertilitas.
Mengingat saat kompleksnya proses reproduksi sungguh mengherankan bahwa 80 % pasangan mencapai konsepsi dalam waktu 1 tahun. Lebih tepatnya, 25 % mengalami konsepsi dalam bulan pertama, 60 % dalam 6 bulan, 75 % pada 9 bulan dan 90 % pada 18 bulan. Laju konsepsi bulanan yang terus menurun yang diperlihatkan oleh angka-angka ini kemungkinan besar mencerminkan tentang spektrum fertilitas dari pasangan yang sangat subur hingga pasangan infertilitas relatif. Setelah 18 bulan berhubungan seksual tanpa kontrasepsi, pasngan yang tersisa mempunyai laju konsepsi bulanan yang sangat rendah bila tanpa terapi dan banyak diantaranya mungkin mempunyai cacat mutlak yang mencegah infertilitas.

ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain:
a.    Pada wanita
·         Gangguan organ reproduksi
1)     Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2)     Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim.
3)     Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4)    Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

·         Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.

·         Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
·         Endometriosis
·         Abrasi genetis
·         Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
·         Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

b.    Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
·         Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas;
·         Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
·         Abnormalitas ereksi
·         Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
·         Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
·         Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
·         Abrasi genetik


Adapun faktor-faktor infertilitas yang sering ditemukan diantaranya:
Faktor
Insidensi (%)
Pemeriksaan Dasar
Koitus-pria
40
Analisis air mani, uji pasca koitus
Ovulasi
15-20
Suhu basal badan, progesteron serum, biopsi endometrium*
Serviks
5-10
Uji pasca senggama
Tuba-Rahim
30
Histerosalpingogram, laparoskopi
Peritoneum
40
Laparoskopi
* periksaan ketika haid teratur (setiap 22-35 hari): oligoamenorrhea membutuhkan pengujian tambahan.

0 komentar on "Infertilitas"

Posting Komentar