Rabu, 01 Juni 2011

DETEKSI DINI KANKER ENDOMETRIUM


A.    Pengertian Kanker Endometrium
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.
Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Kanker endometrium dalam perjalanan etiologinya didahului oleh proses prakanker yaitu hiperplasia endometrium. Hiperplasia endometrium yang atipik merupakan lesi prakanker dari kanker endometrium, sedangkan hiperplasia yang nonatipik saat ini dianggap bukan merupakan lesi prakanker kanker endometrium. Etiologi kanker endometrium masih belum jelas. Salah satu faktor adalah hormon estrogen. Kanker endometrium yang berhubungan dengan hormonal atau yang disebut “hormonal dependent” adalah kanker endometrium jenis endometrioid. Sedangkan kanker endometrium yang tidak dipengaruhi oleh faktor hormonal dikelompokan sebagai kanker endometrium yang non-endometrioid. Kanker endometrium yang non-endometrioid umumnya bersifat lebih ganas dibandingkan dengan yang jenis endometrioid. Hiperplasia endometrium yang atipik merupakan lesi prakanker endometrium jenis endometrioid (tipe 1).

B.     Epidemiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Secara epidemiologi didapatkan beberapa faktor yang merupakan resiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a.       Obesitas atau kegemukan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium 2 – 20 kali dibanding wanita dengan berat badan normal. Obesitas merupakan faktor resiko yang dihubungkan dengan peningkatkan aromatisasi estrogen di jaringan lemak.
b.       Haid pertama (menarche).
Menarche sebelum usia 12 tahun memiliki resiko 1,6 kali lebih tinggi dibanding menarche setelah 12 tahun.
c.       Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d.      Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
e.       Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
f.        Diabetes mellitus (DM)
g.       Hipertensi
h.       Faktor lingkungan dan diet
i.         Riwayat keluarga
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang  terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
j.         Tumor memproduksi estrogen
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
Faktor lainnya adalah faktor keluarga, faktor ini terkait dengan HNPCC (lynch II syndroma).
Gejala kanker endometrium
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
  1. Rasa sakit pada saat menstruasi.
  2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat berhubungan seks.
  3. Sakit punggung pada bagian bawah.
  4. Sulit buang air besar atau diare.
  5. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
  6. Keputihan bercampur darah dan nanah.
  7. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.
Jika ditemukan gejala pendarahan yang abnormal, pendarahan setelah menopause atau keputihan yang tak kunjung sembuh, segera lakukan pemeriksaan sitologi selaput lendir rahim untuk mendeteksi adanya sel-sel atipik. Pemeriksaan lain yang bias dilakukan adalah USG transvagina untuk melihat ketebalan endometrium. (Sumber. buku Kanker Pada Wanita).

C.    Deteksi Dini Kanker Endometrium
Karena gejala awal berupa perdarahan, maka umumnya penderita lebih awal melakukan pemeriksaan sehingga sebagian besar penyakit ini diketahui pada stadium awal.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker endometrium adalah:
1.       USG Vaginal
Deteksi kelainan endometrium berupa hiperplasia ataupun kanker endometrium dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat ketebalan dinding endometrium. Ketebalan endometrium dianggap normal pada wanita premenopause bila kurang dari 15 mm dan pada post menopause kurang atau sama dengan 5 mm. Dengan menggunakan standar tersebut didapatkan sensitivitas 83,3%, spesivitas 75,8%, positive prediktive value 23,8% dan negative prediktive value 98 %.


  1. Biopsi jaringan endometrium
Diagnosis karsinoma endometrium ditetapkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan endometrium yang di ambil dengan cara biopsi endometrium atau dengan cara dilatasi atau kuretase.
Biopsi endometrium merupakan prosedur diagnostik di poliklinik, prosedur ini relatif mudah dan murah. Tetapi tindakan ini harus disertai dengan kuret endoserviks. Bila hasil biopsi meragukan maka dapat dilakukan kuretase endometrium. Biopsi endometrium dapat dilakukan dengan bantuan alat endoram dan lain-lain. Prosedur klasik untuk mendiagnosi kanker endometrium adalah dengan dilatasi dan kuretase.
Dua tahapan kuretase yang dilakukan, kuretase endoserviks kemudian dilakukan dilatasi yang selanjutnya dilanjutkan dengan kuretase kavum uteri. Tindakan ini disebut sebagai kuretase bertingkat. Prosedur ini dilakukan dengan narkose, sehingga memrlukan biaya yang relativ mahal. Dilatasi dan kuretase mempunyai akurasi 78 % dibandingkan dengan spesimen histeretomi. Bila kanker endometrium telah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah menetapkan stadium klinik. Penetapan stadium klinik hanya untuk persiapan pembedahan. Stadium klinik bukan merupakan stadium pokok pada kanker endometrium karena stadium klimik tidak dapat mengetahui invasi myometrium, tidak dapat mengetahiu metastasis ke kelenjar getah bening, tidak dapat mengetahui metastasis organ intra abdominal ataupun metstasis ke cairan peritomneum. Dengan demikian kesalahan stadium klinik dalam menetapkan derajat penyebaran menjadi besar, kesalahan tersebut berkisar 80-85 %. Untuk menetapkan perluasan kanker endometrium, maka stadium yang tepat adalah stadium berdasarkan pembedahan.


3.       Pemeriksaan ploiditas DNA
Pemeriksaan ploiditas DNA, reseptor estrogen ataupun pemeriksaan progesteron reseptor sampai saat ini bukan merupakan bagian dari diagnosis karena belum memberi peranan yang penting dalam menentukan pengobatan.

Pengobatan
Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Seperti halnya operasi lainnya, biaya yang dikeluarkan tidak murah. Kerumitan operasi tergantung kepada tingkat stadium kanker tersebut. Selanjutnya ada juga dengan radiasi atau penyinaran namun memiliki dampak yang beragam tergantung kepada kondisi dan stamina penderita. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling mahal karena memerlukan proses yang berulang untuk menuntaskannya.
Terapi
Dua pendekatan terapi kanker endometrium, yaitu pembedahan dan radioterapi ataupun kombinasi, pemilihan jenis terapi dipengaruhi oleh stadium, jenis histologi, dan jenis differensiasi. Pembedahan stadium 1 yaitu histerektomi total dan salpingo-ooveroktomi bilateral dan limfadenektomi pelvis dan para-aorta. Pembedahan dengan laparotomi ataupun dilakukan dengan laparoskopi. Pembedahan laparoskopi mempunyai keuntungan perdarahan yang lebih sedikit, komplikasi intra-post operatif yang lebih rendah serta masa perawatan yang lebih singkat dibandingkan dengan laparotomi, tetapi mempunyai waktu pembedahan yang lebih lama. Medroxyprogesterone acetate (MPA) digunakan pula sebagai terapi adjuvant, terutama pada kanker endometrium tipe 1. MPA tidak meningkatkan survival, tetapi meningkatkan masa bebas tumor (Deseases free survival).


·         Pengobatan stadium I
F Terapi pembedahan tanpa terapi adjuvant
Penderita kanker endometrium stadium < IB dengan derajat differensiasi baik atau sedang,  tidak perlu diberikan terapi adjuvant. Terapi pembedahan saja tanpa adjuvant karena merupakan kelompok risiko rendah, hanya dimungkinkan bila pengobatan primer adalah pembedahan.

F Radioterapi prabedah
Dua modal utama radioterapi prabedah yaitu radiasi eksterna dan brakhiterapi. Radioterapi prabedah diberikan dengan tujuan untuk menurunkan kejadian kekambuhan dipuncak vagina, dan mencegah metastastis saat atau akibat pembedahan.
Sehingga pemberian radioterapi prabedah sudah mulai ditinggalkan. Terapi sebagai pengetahuan mungkin kiranya perlu dijelaskan tentang terapi radioterapi prabedah pada kanker endometrium karena beberapa pusat pelayanan masih menggunakan metode ini.

·         Pada stadium I (stadium klinik)
Radiasi prabedah pada stadium I adalah brakhiterapi, dengan brakhiterapi tidak akan mempengaruhi histopatologi dari uterus. Setelah diberikan brakhiterapi segera dilanjutkan dengan pembedahan.

·         Pada stadium II (stadium klinik)
Radiasi prabedah yang diberikan adalah radiasi eksterna.

F Pengobatan pembedahan
Pembedahan pada kanker endometrium bertujuan mendiagnosis/ penepatan stadium dan tujuan pengobatan. Berdasarkan spesimen pembedahan akan dapat ditetapkan stadium pembedahan kanker endometrium. Beberapa faktor prognosis kanker endometrium didapatkan dengan pemdedahan antara lain kedalaman invasi, keadaan kelenjar getah bening, sitologi cairan peritoneum. Dengan demikian pembedahan yang tidak lengkap akan menyulitkan penepatan stadium yang tentunya bedampak pada kesulitan pemilihan terapi.
Bila tumor berderajat differensiasi yang buruk (G3), merupakan indikasi untuk terapi adjuvant radiasi.
Tumor stadium IA, IB dengan derahat differensiasi yang baik (G1) dang sedang (G2) umumnya tidak diberikan terapi adjuvant.
·         Pengobatan stadium II
Stadium II berarti terdapat invasi tumor pada serviks, penatalaksanaan kanker endometrium stadium II hampir sama dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada kanker serviks, keadaan ini karena metastatisnya tidak berbeda dengan pola metastatis pada kanker serviks uterus. Pembedahan histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvis merupakan salah satu pilihan terapi pembedahan. Pembedahan histerektomi radikal dilakukan pada karsinoma endometrium karena 8-28 % karsinoma endometrium stadium II telah bermetastatis ke parametrium dan 25 % mengalami mestastatis ke kelenjar getah bening pelvis. Pembedahan dapat pula dilakukan dengan melakukan pembedahan kanker endometrium standart, tetapi pasca bedah harus diberikan terapi adjuvant radioterapi. Hasil pembedahan histerektomi radikal lebih baik dibandingkan dengan pembedahan non-radikal. Survival 5 tahun pada yang non-radikal dan yang radikal 79 % dan 94 %, sedangkan untuk survival 10 tahun 74 % dan 94 %.

·         Pengobatan stadium III
Sadium III sebagian masih memungkinkan pembedahan. Walaupun demikian sebagian besar stadium III yang tidak memungkinkan pembedahan maka, terapi radioterapi merupakan pengobatan terpilih. Perluasan ke parametrium yang mencapai panggul seringkali menyulitkan pembedahan, pada keadaan demikian terapi radioterapi merupakan terapi pilihan. Pada keadaan tertentu, dengan tumor yang perluasannya masih memungkinkan pembedahan, maka pembedahan dapat dilakukan dan dilanjutkan dengan adjuvant radioterapi.

·         Pengobatan stadium IV
Sebagai terapi terhadap proses primer maka radioterapi merupakan pilihan, pemberian radioterapi pelvis juga bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Kemoterapi ataupun pemberian terapi hormonal bila metastastis sudah meluas atau sistemik. Pemberian radioterapi lokal umumnya diberikan pada metastatis ke tulang ataupun metastatis ke serebral.
Pembedahan pada kanker endometrium dapat dilakukan, pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan sitoreduksi, setelah pebedahan dilanjutkan dengan terapi adjuvant radiasi. Radiasi adjuvant yang diberikan dapat berupa radiasi saja, kemoradiasi. Survival 5 tahun kanker endometrium yang mendapat terapi radiasi antara 10-20 %. Pembedahan sitoreduksi yang optimal (residu_< 1 cm), survival 5 tahun pada pembedahan yang optimal dapat mencapai 68-70 %. Median survival sitoreduksi optimal mencapai 48 bulan, sedangkan yang sub-optimal mencapai 25 bulan. Adjuvant kemoradiasi memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan radiasi saja. Median survival dengan terapi adjuvant radiasi saja 15 bulan, kemoterapi saja 13 bulan sedangkan kemoradiasi (cis-platinum) median survivalnya 54 bulan, hasil ini bermakna.

0 Comments:

Post a Comment



Rabu, 01 Juni 2011

DETEKSI DINI KANKER ENDOMETRIUM

Diposting oleh Meysha Puteri Sajidien di 22.39

A.    Pengertian Kanker Endometrium
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.
Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Kanker endometrium dalam perjalanan etiologinya didahului oleh proses prakanker yaitu hiperplasia endometrium. Hiperplasia endometrium yang atipik merupakan lesi prakanker dari kanker endometrium, sedangkan hiperplasia yang nonatipik saat ini dianggap bukan merupakan lesi prakanker kanker endometrium. Etiologi kanker endometrium masih belum jelas. Salah satu faktor adalah hormon estrogen. Kanker endometrium yang berhubungan dengan hormonal atau yang disebut “hormonal dependent” adalah kanker endometrium jenis endometrioid. Sedangkan kanker endometrium yang tidak dipengaruhi oleh faktor hormonal dikelompokan sebagai kanker endometrium yang non-endometrioid. Kanker endometrium yang non-endometrioid umumnya bersifat lebih ganas dibandingkan dengan yang jenis endometrioid. Hiperplasia endometrium yang atipik merupakan lesi prakanker endometrium jenis endometrioid (tipe 1).

B.     Epidemiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Secara epidemiologi didapatkan beberapa faktor yang merupakan resiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a.       Obesitas atau kegemukan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium 2 – 20 kali dibanding wanita dengan berat badan normal. Obesitas merupakan faktor resiko yang dihubungkan dengan peningkatkan aromatisasi estrogen di jaringan lemak.
b.       Haid pertama (menarche).
Menarche sebelum usia 12 tahun memiliki resiko 1,6 kali lebih tinggi dibanding menarche setelah 12 tahun.
c.       Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d.      Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
e.       Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
f.        Diabetes mellitus (DM)
g.       Hipertensi
h.       Faktor lingkungan dan diet
i.         Riwayat keluarga
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang  terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
j.         Tumor memproduksi estrogen
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
Faktor lainnya adalah faktor keluarga, faktor ini terkait dengan HNPCC (lynch II syndroma).
Gejala kanker endometrium
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
  1. Rasa sakit pada saat menstruasi.
  2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat berhubungan seks.
  3. Sakit punggung pada bagian bawah.
  4. Sulit buang air besar atau diare.
  5. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
  6. Keputihan bercampur darah dan nanah.
  7. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.
Jika ditemukan gejala pendarahan yang abnormal, pendarahan setelah menopause atau keputihan yang tak kunjung sembuh, segera lakukan pemeriksaan sitologi selaput lendir rahim untuk mendeteksi adanya sel-sel atipik. Pemeriksaan lain yang bias dilakukan adalah USG transvagina untuk melihat ketebalan endometrium. (Sumber. buku Kanker Pada Wanita).

C.    Deteksi Dini Kanker Endometrium
Karena gejala awal berupa perdarahan, maka umumnya penderita lebih awal melakukan pemeriksaan sehingga sebagian besar penyakit ini diketahui pada stadium awal.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker endometrium adalah:
1.       USG Vaginal
Deteksi kelainan endometrium berupa hiperplasia ataupun kanker endometrium dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat ketebalan dinding endometrium. Ketebalan endometrium dianggap normal pada wanita premenopause bila kurang dari 15 mm dan pada post menopause kurang atau sama dengan 5 mm. Dengan menggunakan standar tersebut didapatkan sensitivitas 83,3%, spesivitas 75,8%, positive prediktive value 23,8% dan negative prediktive value 98 %.


  1. Biopsi jaringan endometrium
Diagnosis karsinoma endometrium ditetapkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan endometrium yang di ambil dengan cara biopsi endometrium atau dengan cara dilatasi atau kuretase.
Biopsi endometrium merupakan prosedur diagnostik di poliklinik, prosedur ini relatif mudah dan murah. Tetapi tindakan ini harus disertai dengan kuret endoserviks. Bila hasil biopsi meragukan maka dapat dilakukan kuretase endometrium. Biopsi endometrium dapat dilakukan dengan bantuan alat endoram dan lain-lain. Prosedur klasik untuk mendiagnosi kanker endometrium adalah dengan dilatasi dan kuretase.
Dua tahapan kuretase yang dilakukan, kuretase endoserviks kemudian dilakukan dilatasi yang selanjutnya dilanjutkan dengan kuretase kavum uteri. Tindakan ini disebut sebagai kuretase bertingkat. Prosedur ini dilakukan dengan narkose, sehingga memrlukan biaya yang relativ mahal. Dilatasi dan kuretase mempunyai akurasi 78 % dibandingkan dengan spesimen histeretomi. Bila kanker endometrium telah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah menetapkan stadium klinik. Penetapan stadium klinik hanya untuk persiapan pembedahan. Stadium klinik bukan merupakan stadium pokok pada kanker endometrium karena stadium klimik tidak dapat mengetahui invasi myometrium, tidak dapat mengetahiu metastasis ke kelenjar getah bening, tidak dapat mengetahui metastasis organ intra abdominal ataupun metstasis ke cairan peritomneum. Dengan demikian kesalahan stadium klinik dalam menetapkan derajat penyebaran menjadi besar, kesalahan tersebut berkisar 80-85 %. Untuk menetapkan perluasan kanker endometrium, maka stadium yang tepat adalah stadium berdasarkan pembedahan.


3.       Pemeriksaan ploiditas DNA
Pemeriksaan ploiditas DNA, reseptor estrogen ataupun pemeriksaan progesteron reseptor sampai saat ini bukan merupakan bagian dari diagnosis karena belum memberi peranan yang penting dalam menentukan pengobatan.

Pengobatan
Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Seperti halnya operasi lainnya, biaya yang dikeluarkan tidak murah. Kerumitan operasi tergantung kepada tingkat stadium kanker tersebut. Selanjutnya ada juga dengan radiasi atau penyinaran namun memiliki dampak yang beragam tergantung kepada kondisi dan stamina penderita. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling mahal karena memerlukan proses yang berulang untuk menuntaskannya.
Terapi
Dua pendekatan terapi kanker endometrium, yaitu pembedahan dan radioterapi ataupun kombinasi, pemilihan jenis terapi dipengaruhi oleh stadium, jenis histologi, dan jenis differensiasi. Pembedahan stadium 1 yaitu histerektomi total dan salpingo-ooveroktomi bilateral dan limfadenektomi pelvis dan para-aorta. Pembedahan dengan laparotomi ataupun dilakukan dengan laparoskopi. Pembedahan laparoskopi mempunyai keuntungan perdarahan yang lebih sedikit, komplikasi intra-post operatif yang lebih rendah serta masa perawatan yang lebih singkat dibandingkan dengan laparotomi, tetapi mempunyai waktu pembedahan yang lebih lama. Medroxyprogesterone acetate (MPA) digunakan pula sebagai terapi adjuvant, terutama pada kanker endometrium tipe 1. MPA tidak meningkatkan survival, tetapi meningkatkan masa bebas tumor (Deseases free survival).


·         Pengobatan stadium I
F Terapi pembedahan tanpa terapi adjuvant
Penderita kanker endometrium stadium < IB dengan derajat differensiasi baik atau sedang,  tidak perlu diberikan terapi adjuvant. Terapi pembedahan saja tanpa adjuvant karena merupakan kelompok risiko rendah, hanya dimungkinkan bila pengobatan primer adalah pembedahan.

F Radioterapi prabedah
Dua modal utama radioterapi prabedah yaitu radiasi eksterna dan brakhiterapi. Radioterapi prabedah diberikan dengan tujuan untuk menurunkan kejadian kekambuhan dipuncak vagina, dan mencegah metastastis saat atau akibat pembedahan.
Sehingga pemberian radioterapi prabedah sudah mulai ditinggalkan. Terapi sebagai pengetahuan mungkin kiranya perlu dijelaskan tentang terapi radioterapi prabedah pada kanker endometrium karena beberapa pusat pelayanan masih menggunakan metode ini.

·         Pada stadium I (stadium klinik)
Radiasi prabedah pada stadium I adalah brakhiterapi, dengan brakhiterapi tidak akan mempengaruhi histopatologi dari uterus. Setelah diberikan brakhiterapi segera dilanjutkan dengan pembedahan.

·         Pada stadium II (stadium klinik)
Radiasi prabedah yang diberikan adalah radiasi eksterna.

F Pengobatan pembedahan
Pembedahan pada kanker endometrium bertujuan mendiagnosis/ penepatan stadium dan tujuan pengobatan. Berdasarkan spesimen pembedahan akan dapat ditetapkan stadium pembedahan kanker endometrium. Beberapa faktor prognosis kanker endometrium didapatkan dengan pemdedahan antara lain kedalaman invasi, keadaan kelenjar getah bening, sitologi cairan peritoneum. Dengan demikian pembedahan yang tidak lengkap akan menyulitkan penepatan stadium yang tentunya bedampak pada kesulitan pemilihan terapi.
Bila tumor berderajat differensiasi yang buruk (G3), merupakan indikasi untuk terapi adjuvant radiasi.
Tumor stadium IA, IB dengan derahat differensiasi yang baik (G1) dang sedang (G2) umumnya tidak diberikan terapi adjuvant.
·         Pengobatan stadium II
Stadium II berarti terdapat invasi tumor pada serviks, penatalaksanaan kanker endometrium stadium II hampir sama dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada kanker serviks, keadaan ini karena metastatisnya tidak berbeda dengan pola metastatis pada kanker serviks uterus. Pembedahan histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvis merupakan salah satu pilihan terapi pembedahan. Pembedahan histerektomi radikal dilakukan pada karsinoma endometrium karena 8-28 % karsinoma endometrium stadium II telah bermetastatis ke parametrium dan 25 % mengalami mestastatis ke kelenjar getah bening pelvis. Pembedahan dapat pula dilakukan dengan melakukan pembedahan kanker endometrium standart, tetapi pasca bedah harus diberikan terapi adjuvant radioterapi. Hasil pembedahan histerektomi radikal lebih baik dibandingkan dengan pembedahan non-radikal. Survival 5 tahun pada yang non-radikal dan yang radikal 79 % dan 94 %, sedangkan untuk survival 10 tahun 74 % dan 94 %.

·         Pengobatan stadium III
Sadium III sebagian masih memungkinkan pembedahan. Walaupun demikian sebagian besar stadium III yang tidak memungkinkan pembedahan maka, terapi radioterapi merupakan pengobatan terpilih. Perluasan ke parametrium yang mencapai panggul seringkali menyulitkan pembedahan, pada keadaan demikian terapi radioterapi merupakan terapi pilihan. Pada keadaan tertentu, dengan tumor yang perluasannya masih memungkinkan pembedahan, maka pembedahan dapat dilakukan dan dilanjutkan dengan adjuvant radioterapi.

·         Pengobatan stadium IV
Sebagai terapi terhadap proses primer maka radioterapi merupakan pilihan, pemberian radioterapi pelvis juga bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Kemoterapi ataupun pemberian terapi hormonal bila metastastis sudah meluas atau sistemik. Pemberian radioterapi lokal umumnya diberikan pada metastatis ke tulang ataupun metastatis ke serebral.
Pembedahan pada kanker endometrium dapat dilakukan, pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan sitoreduksi, setelah pebedahan dilanjutkan dengan terapi adjuvant radiasi. Radiasi adjuvant yang diberikan dapat berupa radiasi saja, kemoradiasi. Survival 5 tahun kanker endometrium yang mendapat terapi radiasi antara 10-20 %. Pembedahan sitoreduksi yang optimal (residu_< 1 cm), survival 5 tahun pada pembedahan yang optimal dapat mencapai 68-70 %. Median survival sitoreduksi optimal mencapai 48 bulan, sedangkan yang sub-optimal mencapai 25 bulan. Adjuvant kemoradiasi memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan radiasi saja. Median survival dengan terapi adjuvant radiasi saja 15 bulan, kemoterapi saja 13 bulan sedangkan kemoradiasi (cis-platinum) median survivalnya 54 bulan, hasil ini bermakna.

0 komentar on "DETEKSI DINI KANKER ENDOMETRIUM"

Posting Komentar